SHARING and CARING
Memberi Jiwa Filantropi pada Kapitalisme
Studi literatur menyebutkan bahwa kapitalisme
adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi
dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam
ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Sementara filantropi adalah tindakan
seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga
menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini
umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Atau
kata lainnya adalah kedermawanan. Ditambah lagi dengan pemberdayaan adalah sebuah
proses penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformatif, partisipatif,
dan berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menangani persoalan
dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondidi hidup sesuai dengan harapan.
Model ketiga ini berkembang dengan baik di setiap negara dan menjadi
bagian yang bisa jadi masih terpisah, mungkin filantropi dan pemberdayaan masih
saling berkaitan, tetapi sangat jarang memberikan jiwa kedermawanan pada
kapitalisme, kalaupun ada itu bukan sebuah bagian yang menjadi concern. Misalnya
TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) adalah komitmen perusahaan untuk
berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perusahaan, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Dulu dikenal dengan nama CSR
(Corporate Social Responsibility) yang diberikan besaran nilai oleh pemerintah
sebesar 2 % dari keuntungan bersih perusahaan. Penyaluran CSR harus
dikembangkan menjadi sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari visi dan misi perusahaan
sehingga terimplementasi secara baik dilapangan dan menjadi bagian dari
keterlibatan masyarakat dan berkelanjutan serta bvergulir bagai bola salju,
semakin lama semakin membesar dan menjangkau sekitar bahkan akan menginspirasi
bola salju-bola salju yang lain.
Terkadang banyak dari kita melakukan pemberdayaan seolah mengesampingkan
sisi perolehan keuntungan yang besar dan berlanjut, sehingga kegiatan
pemberdayaan hanya sebatas pada sebuah kegiatan bersama masyarakat dengan
aktivasi ekonomi yang biasa saja yang penting masyarakat ‘guyub’, padahal kalau
kemudian kita gerakan mereka dengan meningkatkan skala ekonomi yang besar,
kalau perlu merekja jadi konglomerat dikampung, sisi filantropi akan lebih
terasa, disamping Local Frame Analisys yang dikembangkan juga merangsang dan
memotivasi jiwa kedermawanan (sharing and caring) akan melahirkan sebuah model
kapitalisme yang dibungkus jiwa filantropi sehingga akan melahirkan model yang
saling menguatkan di masyarakat dan berujung pada sebuah wilayah yang saling
bahu membahu dan saling memberikan nilai.
Seperti sebuah impian, mungkin tidak sih harga susu itu Rp3.000,00 per
liter? Pastinya banyak yang bilang tidak mungkin, lha harga pakannya saja sudah
mahal, belum biata Tenaga Kerja, belum penyusutan, belum biaya a belum biaya b
dan lain” … pasahal itu sangat mungkin kalau dilakukan gerakan bersama
masyarakat.
Setiap petani dan peternak serta masyarakat saling support, mislanya
seluruh sisi jalan desa boleh ditanami rumput hijauan pakan ternak dan setiap peternak
boleh mengambil sesukanya sesuai dengan umur defoliasi, dengan syarat setelah
memotong rumput harus memberinya dengan 10kg kompos per rumpun. Setiap petani
boleh menukar jerami atau hasil samping pertaniannya dengan kompos atau pupuk
organik cair yang diambil dari peternak. Disini saja sudah terjadi simbiosis
mutualisma, dimana peternak akan terjamin penyediaan pakan ternaknya dan petani
akan terjamin tersedianya pupuk bagi tanamnnya, efeknya dahyat lho … harga
pokok produksi peternakan dan pertanian akan turun jauh karena ada supply sarana
produksi yang zonder biaya.
Akibatnya semua orang akan dapat menikmati produk pertanian dan
peternakan dengan harga murah, dimana petani dan peternak sudah mendapatkan keuntungan
tetapi harga jual produk tetap murah dan terjangkau seluruh masyarakat.
Karena supan gizi meningkat, maka kualitas kehidupan juga meningkat
karena banyak anak pintar dan terjaganya lingkungan sekitar, karena kompos dapat
digunakan oleh setiap rumah untuk bercocok tanam dapur hidup atau pohon buah yang
utamanya digunakan oleh masing-masing rumah dan kelebihannya dapat digunakan
untuk dikreasikan oleh Ibu-ibu PKK, misalnya atau BUMDes untuk menjadi produk
olahan seperti paket sayuran organik, jus sayur dan buah organik, olahan susu,
meatshop berbasis desa dan semuanya dijual dengan harga yang terjangkau karena
harga pokok produksinya menurun.
Disinilai proses pemberdayaan itu berlangsung dan menumbukah rasa gotong
royong dan saling menguatkan, petani tidak serta merta bisa menjual produknya
dengan harga pasar kapitalis meski untungnya besar, tetapi dapat menyediakan produk
berkualitas yang dijual dikalangan sendiri dengan harga murah, demikian juga
peternak … SHARING anda CARING
ekabees Jakarta, 05032024