Kamis, 07 Maret 2024

SHARING and CARING

 

SHARING and CARING

Memberi Jiwa Filantropi pada Kapitalisme

 

Studi literatur menyebutkan bahwa kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Sementara filantropi adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Atau kata lainnya adalah kedermawanan. Ditambah lagi dengan pemberdayaan adalah sebuah proses penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformatif, partisipatif, dan berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menangani persoalan dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondidi hidup sesuai dengan harapan.

Model ketiga ini berkembang dengan baik di setiap negara dan menjadi bagian yang bisa jadi masih terpisah, mungkin filantropi dan pemberdayaan masih saling berkaitan, tetapi sangat jarang memberikan jiwa kedermawanan pada kapitalisme, kalaupun ada itu bukan sebuah bagian yang menjadi concern. Misalnya TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) adalah komitmen perusahaan untuk berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perusahaan, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Dulu dikenal dengan nama CSR (Corporate Social Responsibility) yang diberikan besaran nilai oleh pemerintah sebesar 2 % dari keuntungan bersih perusahaan. Penyaluran CSR harus dikembangkan menjadi sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari visi dan misi perusahaan sehingga terimplementasi secara baik dilapangan dan menjadi bagian dari keterlibatan masyarakat dan berkelanjutan serta bvergulir bagai bola salju, semakin lama semakin membesar dan menjangkau sekitar bahkan akan menginspirasi bola salju-bola salju yang lain.

Terkadang banyak dari kita melakukan pemberdayaan seolah mengesampingkan sisi perolehan keuntungan yang besar dan berlanjut, sehingga kegiatan pemberdayaan hanya sebatas pada sebuah kegiatan bersama masyarakat dengan aktivasi ekonomi yang biasa saja yang penting masyarakat ‘guyub’, padahal kalau kemudian kita gerakan mereka dengan meningkatkan skala ekonomi yang besar, kalau perlu merekja jadi konglomerat dikampung, sisi filantropi akan lebih terasa, disamping Local Frame Analisys yang dikembangkan juga merangsang dan memotivasi jiwa kedermawanan (sharing and caring) akan melahirkan sebuah model kapitalisme yang dibungkus jiwa filantropi sehingga akan melahirkan model yang saling menguatkan di masyarakat dan berujung pada sebuah wilayah yang saling bahu membahu dan saling memberikan nilai.

Seperti sebuah impian, mungkin tidak sih harga susu itu Rp3.000,00 per liter? Pastinya banyak yang bilang tidak mungkin, lha harga pakannya saja sudah mahal, belum biata Tenaga Kerja, belum penyusutan, belum biaya a belum biaya b dan lain” … pasahal itu sangat mungkin kalau dilakukan gerakan bersama masyarakat.

Setiap petani dan peternak serta masyarakat saling support, mislanya seluruh sisi jalan desa boleh ditanami rumput hijauan pakan ternak dan setiap peternak boleh mengambil sesukanya sesuai dengan umur defoliasi, dengan syarat setelah memotong rumput harus memberinya dengan 10kg kompos per rumpun. Setiap petani boleh menukar jerami atau hasil samping pertaniannya dengan kompos atau pupuk organik cair yang diambil dari peternak. Disini saja sudah terjadi simbiosis mutualisma, dimana peternak akan terjamin penyediaan pakan ternaknya dan petani akan terjamin tersedianya pupuk bagi tanamnnya, efeknya dahyat lho … harga pokok produksi peternakan dan pertanian akan turun jauh karena ada supply sarana produksi yang zonder biaya.

Akibatnya semua orang akan dapat menikmati produk pertanian dan peternakan dengan harga murah, dimana petani dan peternak sudah mendapatkan keuntungan tetapi harga jual produk tetap murah dan terjangkau seluruh masyarakat.

Karena supan gizi meningkat, maka kualitas kehidupan juga meningkat karena banyak anak pintar dan terjaganya lingkungan sekitar, karena kompos dapat digunakan oleh setiap rumah untuk bercocok tanam dapur hidup atau pohon buah yang utamanya digunakan oleh masing-masing rumah dan kelebihannya dapat digunakan untuk dikreasikan oleh Ibu-ibu PKK, misalnya atau BUMDes untuk menjadi produk olahan seperti paket sayuran organik, jus sayur dan buah organik, olahan susu, meatshop berbasis desa dan semuanya dijual dengan harga yang terjangkau karena harga pokok produksinya menurun.

Disinilai proses pemberdayaan itu berlangsung dan menumbukah rasa gotong royong dan saling menguatkan, petani tidak serta merta bisa menjual produknya dengan harga pasar kapitalis meski untungnya besar, tetapi dapat menyediakan produk berkualitas yang dijual dikalangan sendiri dengan harga murah, demikian juga peternak … SHARING anda CARING

 

ekabees Jakarta, 05032024

Rabu, 06 Maret 2024

HARGA BERAS MAHAL, PETANI SEHARUSNYA BISA NAIK HARLEY

Petani bajak sawah pake traktor. Kerja rutin ngontrol ladang numpak harley
Ngitung laba panen pake komputer. Kirim order beras pake helikopter
Kapan-kapan. Semua itu akan terjadi. Entah kapan. Para petani hidup bagai orang di kota
Nggak mungkin nggak mungkin semua itu terjadi. 103 tahun mungkin
Nggak mungkin nggak mungkin semua itu terjadi. 100 tahun lagi mungkin

Lagu dari grup musik SLANK dengan judul Pak Tani ini sepertinya mulai terealisasi, harga beras yang melonjak cukup signifikan dengan alasan El Nino sehingga belum ada panen padi saat ini sehingga stock berkurang dan terjadi kekurangan supply sehingga harga bertambah, ada juga yang menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya kontestasi pilihan calon anggota legislatif yang menggunakan sembako sebagai alat kampanye menarik simpati konstituen.

Terlepas dari hal tersebut, seharusnya memang petani kita harus dapat memperoleh nilai maksimal dari usaha pertanian yang mereka usahakan. Konsep “Close Loop” yang dikembangkan Kementerian Pertanian RI sangat baik untuk dimaksimalkan dalam menjadikan usaha mereka berkembang melalui aktifitas Pertanian Terpadu.



Dunia pertanian (perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai ekonomis dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.  Pelaksanaan usaha pertanian saat ini kebanyakan masih dilaksanakan secara parsial sehingga eksplorasi usaha yang dapat saling mendukung tidak dapat optimal.  Pelaksanaan usaha pertanian yang saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling melengkapi dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi.

Pola pertanian terpadu sendiri merupakan suatu pola yang mengintegrasikan beberapa unit usaha dibidang pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi.  Melalui pertanian terpadu, akan dapat dihasilkan produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan melalui sinergitas antar unit dengan mengedepankan kelestarian lingkungan yang selanjutnya akan menghasilkan peningkatan secara ekonomis karena penambahan nilai daya dan guna melalui efisiensi dan efektifitas tinggi serta nilai produktifitas usaha yang baik.

Konsep LEISA (Low Eksternal Input Sustainable Agriculture) merupakan penyangga pola pertanian terpadu.  Konsep LEISA yang dilaksanakan akan melahirkan manfaat dan keuntungan, yaitu :

  • Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lokal
  • Maksimalisasi Daur Ulang (Zero Waste)
  • Minimalisasi Kerusakan Lingkungan (Ramah Lingkungan)
  • Diversifikasi Usaha
  • Pencapaian Tingkat Produksi Yang Stabil Dan Memadai Dalam Jangka Panjang
  • Menciptakan Kemandirian

Konsep LEISA yang mengedepankan pemanfaatan sumber daya lokal sebagai bahan baku pola pertanian terpadu akan menjaga kelestarian usaha pertanian sehingga tetap eksis dan memiliki nilai efektifitas, efisiensi serta produktifitas yang tinggi.  Dalam konsep ini dikedepankan dua hal : pertama, mengubah limbah pertanian menjadi pakan ternak dan kedua, mengubah limbah peternakan menjadi pupuk organik.



 

Senin, 18 September 2023

Jimpitan Nasional

Dalam kultur masyarakat, ada yang kita kenal dengan nama "jimpitan", sebuah kebiasaan memberikan 'sesuatu' secara berkala oleh sebuah kelompok demi kepentingan kelompok. Saya masih ingat, saat saya tingal di sebuah kampung di Solo, setiap malam saya meletakkan uang minimal Rp. 200 dalam sebuah tempat yang bisa berasal dari bambu, gelas plastik, botol plastik yang penting tidak kehujanan dan saya gantung dimuka pintu depan. Jimpitan itu diletakkan lepas petang dan sebelum malam ada petugas yang secara bergilir mengkoleksi jimpitan tersebut dan dikumpulkan di ketua kampung. Bila ada tetangga yang bepergian agak lama (menginap), jimpitan dapat dirapel dengan pembayaran dimuka dan perhitungan kemudian setelah kembali ke rumah.

Setiap bulan dilakukan rekapitulasi hasil jimpitan dan dilaporkan penggunaannya secara transparan sehingga kegiatan jimpitan menjadi sebuah agenda sosial yang tulus dilaksanakan. Penggunaan jimpitan, selain untuk kegiatan kelompok (ronda kampung), dana jimpitan dapat juga digunakan untuk kegiatan sosial lainnya dan terbuk ti sangat efektif dalam penyediaan dana mendadak dalam jumlah tertentu dan waktu yang singkat.

Tidak salah tentunya bila negara ini atau sebuah badan nasional melakukan satu usaha yang bertajuk JIMPITAN NASIONAL, tujuannya untuk mengatasi permasalahan-permasalah sosial dengan cepat sehingga beberapa hal yang terselip, perlu penangaan cepat dapat diselesaikan dengan manstaf. Selama ini kita mengenal Pajak Penghasilan, Pajak Rumah Makan - Hotel - Hiburan dan berbagai jenis pajak lainnya. Biarkan hasil pajak itu untuk pembangunan negara (bukan dikorupsi untuk pembangunan diri pribadi) dan dana Jimpitan Nasional dilakukan untuk tanggap bencana dan penyelesaian kondisi sosial. Kita dapat saksikan, betapa spontanitas warga negara dalam penanganan sebuah kondisi sangat spektakuler, bermilyar-milyar rupiah terkumpul dan teraplikasi bagi penangaan kondisi darurat. Bila ditambah dengan dana jimpitan nasional, bukan tidak mungkin penyediaan dana akan lebih terpusat dan lebih efektif

Jimpitan dimulai dari kelompok masyarakat terkecil dan terus dikumpulkan sampai terkumpul di Badan Nasional. Jimpitan Nasional ini, dananya dapat juga digunakan untuk pelatihan penanggulangan bencana sehingga pada kelompok-kelompok yang disinyalir berdekatan dengan daerah rawan bencana. Pelatihan SAR, dapur umum, PPPK, teknik pembangunan sederhana dan kegiatan-kegiatan lain yang strategis.

Mari kita mulai berjimpitan ... yuks

Minggu, 16 Oktober 2022

Chairil Anwar

Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.


Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, di mana dia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Puisinya menyangkut berbagai tema; mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

-wikipedia

 



Pengeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro

Sultan Abdul Hamid Herucakra Amirul Mukminin Sayyidin Panatagama Kalifatullah ing Tanah Jawa

Bendara Pangeran Harya Dipanegara (atau biasa dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro, 11 November 1785 – 8 Januari 1855) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia, yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa selama periode tahun 1825 hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda.

Sejarah mencatat, Perang Diponegoro atau Perang Jawa dikenal sebagai perang yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 korban serdadu Hindia Belanda, 7.000 pribumi, dan 200 ribu orang Jawa serta kerugian materi 25 juta Gulden.


Perang Diponegoro atau Perang Jawa diawali dari keputusan dan tindakan Hindia Belanda yang memasang patok-patok di atas lahan milik Diponegoro di Desa Tegalrejo. Tindakan tersebut ditambah beberapa kelakuan Hindia Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan eksploitasi berlebihan terhadap rakyat dengan pajak tinggi, membuat Pangeran Diponegoro semakin muak hingga mencetuskan sikap perlawanan sang Pangeran.

Di beberapa literatur yang ditulis oleh Hindia Belanda, menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Profesor Wardiman Djojonegoro, terdapat pembelokan sejarah penyebab perlawanan Pangeran Diponegoro karena sakit hati terhadap pemerintahan Hindia Belanda dan keraton, yang menolaknya menjadi raja. Padahal, perlawanan yang dilakukan disebabkan sang pangeran ingin melepaskan penderitaan rakyat miskin dari sistem pajak Hindia Belanda dan membebaskan istana dari madat.

Keputusan dan sikap Pangeran Diponegoro yang menentang Hindia Belanda secara terbuka kemudian mendapat dukungan dan simpati dari rakyat. Atas saran dari sang paman, yakni GPH Mangkubumi, Pangeran Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo dan membuat markas di Gua Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang salib, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang salib" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu.

-Wikipedia





 


Monumen IKADA

Monumen IKADA

Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945, saat Soekarno  memberikan  pidato singkat di hadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori  Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas



Makna rapat raksasa di Lapangan Ikada antara lain sebagai berikut:

Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.

Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.

Menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.

Rakyat mendukung pemerintah yang baru terbentuk. Buktinya, setiap instruksi pimpinan mereka laksanakan.




-wikipedia-